Rabu, 11 Desember 2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa karena selalu aktif, dinamis, antusias dan terhadap apa yang dilihat, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.
Pemahaman yang benar  tentang hakikat dan landasan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini hendaknya dimiliki oleh setiap orang yang setara langsung maupun tidak langsung akan berhubungan dengan anak usia dini.
Dimulai dari lingkungan keluarga dalam hal ini adalah orang tua dan atau pihak yang terdekat dengan anak, pendidik diberbagai lembaga pendidikan yang memberikan layanan pada anak usia dini, masyarakat dan juga para pemegang kebijakan mulai dari pemerintah pusat sampai daerah. Melalui pemahaman yang benar, para pihak akan dapat memberikan layanan yang seoptimal mungkin bagi anak usia dini.
Anak usia dini adalah sosok individu yang seorang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini rentang usia 0 – 8 tahun ( http://www.naeya.org )
Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Ber, 1992: 18). Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perembangan anak.
Berdasarkan Undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada Pasal 28 ayat 1 yang berbunyi ”Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupaan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”.
Selanjutnya pada Bab I Pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujuan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004: 4)
Pendidikan anak usia dini merupaan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spritual), Sosial emosional (sikap berprilaku serta beragama), bahasa dan komonikasi sesuai dengan keunian dan tahp – tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini ( http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan ) contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak – anak (TK) atau Lembaga PAUD yang berbasis pada kebutuhan anak.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakuan pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahapan ini memfokusan pada phyisical, intelligence, cogniture, emotional, dan social education ( http://en.Wikipedia.org/wiki/early_childhood_education )
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap – tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya PAUD bukan hanya dari pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaanya PAUD dilakuan secara terpadu dan komperehensif  (Depdinas,. Panduan Mengajar di TK/RA, 2002. 5).
Pendidikkan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakuan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang di perolehnya dari lingkungan melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang – ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh karena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, hendaklah memberikan keunikan anak – anak dan disesuaian dengan tahap perkembangan kepribadian anak.
Contoh: Jika anak dibesarkan untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan baik dirumah maupun lingkungan sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak. Sedikit demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak didampingi oleh orang tua ataupun guru mereka.
Usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentuan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi perkembangan inteligensi permanen dirinya dan mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia dini sudah banyak terdapat pada media massa dan media elektronik.
B.  Tujuan
§   Memberdayakan masyarakat dalam arti kata:
“peran masyarakat dalam pemberdayaan PAUD seharusnya dilakukan secara fungsional. Masyarakat perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program PAUD. Dengan demiian PAUD menjadi program yang melembaga ditingkat daerah”
§   Meningkatkan peran serta masyarakat disekitar lembaga PAUD “Bunda”
§   Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pendidikan anak usia dini
§   Meningkatkan SDM masyarakat disekitar lembaga PAUD Bunda




BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa perlibatan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan anak usia dini yaitu:
              Lingkungan di sekitar masyarakat merupakan tempat yang menarik di mana anak-anak dapat belajar dan tumbuh. Anak-anak menunjukkan ketertarikan alami serta rasa ingin tahu ketika mereka bermain dengan memanfaatkan lingkungan sekitar masyarakat. Anak-anak dapat mengembangkan semua aspek perkembangannya, sementara pendidik dapat meningkatkan pertumbuhan anak-anak melalui pengamatan dan berinteraksi melalui kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan. Dengan memanfaatkan Iingkungan masyarakat tersebut anak-anak dapat menikmati perubahan cuaca dan musim. Lingkungan sekitar masyarakat  manapun dapat menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak. Berputar-putar di rerumputan, mencium udara sehabis turun hujan, melihat anak-anak burung yang meninggalkan sarangnya merupakan .pengalaman­pengalaman yang sangat luar biasa bagi mereka. Selain itu, sebenarnya kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan di dalam kelas jika dibawa ke suasana Iingkungan sekitar masyarakat juga pada umumnya memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan lebih mengesankan bagi mereka. Mendengarkan cerita-cerita dari pendidik di bawah sebuah pohon, di atas hamparan rerumputan yang hijau, dan dalam  suasana angin yang berhembus sepoi-sepoi sangat berbeda kesannya
              dibandingkan mendengarkan hal yang sama dengan suasana di dalam kelas. Lingkungan sekitar masyarakat mampu menambah tekstur, wama, aroma dan suara-suara ke dalam kegiatan-kegiatan dalam ruangan. Pada dasamya semua jenis/macam lingkungan dan fasilitas umum/sosial yang ada di masyarakat dan ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pengembangan/pembelajaran di lembaga pendidikan anak usia dini sepanjang relevan dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh anak. Nah menurut anda apa saja jenis Iingkungan yang dapat dimanfaatkan di lembaga PAUD? Benar! Jenis lingkungan masyarakat yang dapat dimanfaatkan ke dalam PAUD secara umum dapat dibagi ke dalam tiga jenis yaitu bisa berupa Iingkungan alam atau lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan buatan
A.  Lingkungan Alam/Fisik
Jenis lingkungan pertama yang bermanfaat bagi kegiatan pengembangan anak-anak di lembaga PAUD adalah lingkungan alam atau sering juga disebut dengan lingkungan fisik. Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam yang terdapat di sekeliling kita seperti (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh­tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai, iklim, suhu udara, dsb.
Lingkungan alam ini sangat mudah ditemukan di sekitar lembaga PAUD dan memang secara alamiah lingkungan ini telah menyatu dengan kehidupan kita sebagai manusia. Contoh air misalnya, siapa yang tidak mengenal air. Air adalah salah satu sumber kehidupan yang sangat penting bagi manusia. Adanya air dalam kehidupan kita, tepatnya di sekitar lembaga PAUD memberikan manfaat yang sangat besar bagi perkembangan anak. Anak dapat kita perkenalkan dengan manfaat dan kegunaan air, berbagai jenis air, sifat air, reaksi air jika diberikan perlakuan tertentu misalnya dipanaskan, didinginkan, dicampur warna atau larutan tertentu dan lain sebagainya. Dari contoh ini saja kita memperoleh bekal yang sangat banyak untuk kita perkenalkan kepada anak-anak.
Demikian juga tanah, mungkin banyak di antara pendidik PAUD yang kurang mempedulikan benda yang satu ini dengan alasan kotor. Padahal sama dengan air banyak hal yang dapat dieksplorasi dengan benda satu ini dari mulai jenis, sifat, kegunaan, reaksi tanah, dan lain-lain. Tanah merupakan benda yang ada di sekeliling anak yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik dengan mudah, murah dan dapat memberikan manfaat yang sangat banyak.
Pemanfaatan lingkungan alam dalam pendidikan anak usia dini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak untuk:
1.      lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari
2.      dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam; dan
3.      mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.
Dengan memanfaatkan lingkungan alam tentu anak akan memperoleh sesuatu yang sangat berharga dan kegiatan belajarnya yang mungkin tidak akan ditemukan dari pengalaman belajar di kelas.
B.   Lingkungan Sosial
Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas, jenis lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial. Lingkungan sosial sangat tepat digunakan untuk mempelajari dasar-dasar ilmu sosial dan kemanusiaan, karena lingkungan sosial ini berkenaan dengan interaksi anak dalam kehidupan be arakat.
Dengan memanfaatkan lingkungan sosial ini anak akan dapat mempelajari bagaimana interaksi yang terjadi dalam lingkungan masyarakat­nya. Hal ini penting dilaksanakan mengingat anak adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, sejak dini mereka harus sudah diperkenalkan dengap aturan, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di masyarakat. Dengan mengenali aturan sejak dini maka di kemudian hari mereka akan mampu beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan sosialnya dengan baik.
Lingkungan yang ada di sekeliling masyarakat sebagai unsur penting dalam pengembangan aspek-aspek perkembangan anak hendaknya dimanfaatkan secara optimal. Kira-kira menurut Anda bagaimana cara yang dapat ditempuh oleh pendidikan anak usia dini dalam memanfaatkan lingkungan sekitar? Tepat, jawaban Anda!iDalam memanfaatkan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama dengan cara membawa kelas/anak ke dalam lingkungan masyarakat yang akan dipelajari, anak-anak diajak untuk mengeksplorasi segala sesuatu yang ada di lingkungannya dan yang kedua, membawa lingkungan masyarakat itu ke dalam kelas artinya sumber belajar menyajikan informasi atau pengalaman tertentu bagi anak di kelas. Kedua cara tersebut secara ringkas dapat divisualisasikan sebagai berikut:
 











Bagan 5.1
Cara Pemanfaatan Lingkungan Masyarakat ke dalam PAUD

Berdasarkan bagan tersebut, cara pertama dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan karyawisata (field trip), perkemahan (school camping), dan pengamatan/survei. Pernahkah.Anda melaksanakan kegiatan­kegiatan tersebut? Bagus! Berarti Anda telah memiliki pengalaman yang luar bisa dalam memfasilitasi kegiatan pengembangan/pembelajaran anak. Nah, berikutnya untuk lebih memahami bagaimana kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan, berikut ini uraiannya.
Akan lain halnya jika materi ajar itu hanya disampaikan secara lisan oleh pendidik yang lebih banyak menstimulasi indera pendengaran anak saja. Anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang bernuansa DDHC (Duduk, Dengar, Hafal, dan Hitung)--sebuah model pembelajaran yang membosankan dan kurang bermakna bagi anak. Hal lain yang juga sangat penting dengan pemanfaatan lingkungan ini adalah bahwa materi ajar yang diperoleh anak akan sangat lengkap dan kaya mengingat informasi yang sifatnya visual, auditif dan kinestetik diperoleh secara bersamaan sehingga memberikan kebermaknaan (meaningful) bagi anak.
Pendidik anak usia dini perlu memiliki kemampuan yang memadai dalam memanfaatkan lingkungan masyarakat ke dalam pendidikan anak usia dini sehingga penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan dengan melibatkan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat. Kegiatan pemanfaatan lingkungan masyarakat ke. dalam pendidikan anak usia dini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan cara membawa kelas/anak ke dalam lingkungan yang akan dipelajari, dan kedua, membawa lingkungan itu ke dalam kelas. Cara pertama dapat dilakukan melalui kegiatan karyawisata, perkemahan, dan pengamatan. Sedangkan cara kedua yaitu dengan membawa lingkungan ke sekolah/kelas, seperti mendatangkan/mengundang nara sumber untuk berbicara secara langsung di depan anak-anak mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan bidang tugasnya masing-masing.
Terdapat beberapa kegiatan yang dapat ditempuh dalam merancang pemanfaatan lingkungan masyarakat, yaitu; pertama, menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai anak sekaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar; kedua, menentukan obyek lingkungan yang akan dipelajari atau dikunjungi; ketiga, merumuskan cara belajar atau bentuk-bentuk kegiatan yang harus dilakukan anak selama mempelajari sumber belajar lingkungan; keempat, menyiapkan hal-hal yang sifatnya teknis.












BAB III
KESALAHAN PENDIDIKAN
DI LEMBAGA PAUD Dan DI RUMAH
A.  Perlunya Keselarasan Pendidikan Di Lembaga Dan Di Rumah
1.      Penciptaan keselarasan antara pendidikan orang tua dan pendidikan di lembaga pendidikan sangat penting sehingga terjadi kesamaan perlakuan terhadap anak dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang dimilikinya secara optimal.
2.      Ditemukan beberapa kendala atau masalah dalam mengembangkan keselarasan antara pendidikan yang dilakukan orang tua dan pendidikan pada lembaga pendidikan yaitu sebagai berikut:
a.       ada jarak sosial antara rumah dan sekolah/lembaga pendidikan;
b.      perbedaan tentang tujuan pendidikan;
c.       ada perasaan rendah diri pada kalangan orang tua yang diakibatkan keterbatasan dan pengalaman ketidaksuksesan sekolah mereka dibandingkan para pendidik;
d.      munculnya kekhawatiran pada diri pendidik terhadap orang tua anak didik dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi;
e.       orang tua merasa tidak ada pertolongan dan kesempatan untuk berkontribusi dalam cara yang bermakna terhadap program;
f.       orang tua dan pendidikan membawa tekanan mereka dalam hubungan tersebut.
3.      Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk membina penyelarasan antara orang tua dan lembaga pendidikan adalah:
a.       harus ada waktu yang dijadwalkan bagi para pendidik untuk bekerja dengan orang tua;
b.      para pendidik harus mendengar dengan sungguh-sungguh dan menyampaikan gagasan bahwa orang tua adalah pimpinan dalam tim orang tua yang mendukung perkembangan anak;
c.       program – program yang mengimplementasikan program pelibatan yang di rancang untuk kebutuhan keterlibatan orang tua;
d.       program – program yang dibutuhkan harus bekerja untuk mendukung orang tua seperti untuk kegiatan perawatan anak;

B.   Komonikasi Orang tua dan Pendidik terhadap Perkembangan Anak
1.       Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung yaitu komunikasi yang penyampaian pesannya tidak memerlukan bantuan perantara atau media. Penyampaian pesan atau komunikator langsung berhadapan muka (face to face) dengan penerima pesan atau komunikan, dan biasanya menyampaikan pesannya melalui kata kata (verbal) dan atau isyarat (non-verbal).
2.       Komunikasi Tidak Langsung
Bent Arrow: pesan

Adapun komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang dilaksanakan melalui perantara atau juga sering disebut media. Media tersebut sengaja dibuat melalui suatu perencanaan secara matang. Dikenal berbagai jenis media yang dapat dipakai sebagai alat komunikasi. Secara mudah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu media cetak dan noncetak atau elektronik.










Gambar 8.3
Komunikasi Tidak Langsung
Dalam lembaga pendidikan pada umumnya media yang banyak digunakan adalah. media cetak seperti surat edaran dan buku penghubung/buku komunikasi, sedangkan media noncetak atau elektronik yang paling sering digunakan adalah telepon. Hal penting yang hams diperhatikan oleh para pendidik dalam penggunaan media untuk berkomimilcasi dengan orang ma atau pihak lain adalah mengenali berbagai media yang diperlukan khususnya yang sesuai dengan kebutuhan.
Komunikasi merupakan bagian penting dalam kegiatan kerja sama orang tua dan pendidikan dalam meiigembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Secara umum berdasarkan langsung tidaknya komunikasi itu dilakukan terdapat dua jenis komunikasi yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung yaitu komunikasi yang penyampaian pesannya tidak memerlukan bantuan perantara atau media Dalam komunikasi langsung ada beberapa ciri yang harus diketahui dan dihayati pendidik yaitu keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan. Komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang dilaksanakan melalui perantara atau juga sering disebut media. Media tersebut sengaja dibuat melalui suatu perencanaan secara matang. Bentuk-bentuk kegiatan komunikasi perkembangan anak antara lain: kunjungan rumah, kunjungan sekolah, percakapan telepon, kunjungan secara kebetulan, pertemuan orang tua-pendidik, kelompok-kelompok studi, rapat orang tua yang terencana, laporan berkala, dan buku pedoman orang tua.
Pendidikan lingkungan pada anak usia dini bukanlah hanya tanggung jawab lembaga pendidikan, tetapi merupakan tanggung jawab semua nihak: termasuk orane tua dan masvarakat. Tetapi sebelum orang tua dan masyarakat terlibat langsung dalam pendidikan lingkungan, terlebih dahulu mereka harus memahami makna pendidikan Iingkungan itu sendiri, terutama yang dikhususkan bagi anak usia dini. Jika lingkungan diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar individu dan pendidikan diartikan sebagai proses melatih, membimbing dan mengarahkan seseorang agar menjadi lebih baik; maka pendidikan lingkungan secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya atau proses melatih, membimbing, dan mengarahkan seseorang, dalam hal ini adalah anak usia dini agar mereka menjadi lebih berakhlak, cerdas, sehat dan bertanggung jawab dalam menghadapi, berinteraksi, dan memanfaatkan segala sesuatu yang berada di sekitarnya. Pendidikan Iingkungan pada anak usia dini haruslah tepat sasaran. Terdapat beberapa sasaran terpenting dari pendidikan lingkungan pada anak usia dini yaitu agar anak-anak:
1.      memiliki pengetahuan tentang lingkungan yang Iebih baik;
2.      memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan hidup secara lebih tepat dan lebih baik;
3.      memiliki kemampuan mengelola Iingkungan hidup Iebih tepat dan lebih baik;
4.      dapat memanfaatkan lingkungan hidup lebih tepat, wajar dan lebih baik;
5.      pada dirinya tumbuh kemauan untuk berbuat yang baik untuk lingkungan;
6.      dapat menghindari dampalcIdampak buruk dari lingkungan dan pengaruh-pengaruh lainnya yang lebih luas.
Keenam sasaran di atas merupakan kunci dari pentingnya penerapan pendidikan lingkungan pada anak usia dini. Dengan pendidikan lingkungan inilah diharapkan anak dapat memecahkan persoalan­persoalan kritis yang terkait lingkungan serta sekaligus membantu membentuk ketahanan anak dalam menghadapi kehidupan yang Iebih luas dan kompleks di masa depannya. Agar semua harapan tersebut dapat efektif dan melekat dengan sempurna, maka dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa prinsip, sehingga dalam pendidikan lingkungan pada anak usia dini menjadi jelas acuannya, di antara prinsipnya adalah sebagai berikut.
1.      Penyelenggaraan Pendidikan Iingkungan hendaklah dilakukan secara aktual dan bersifat emergen.
2.      Penyelenggaraan pendidikan lingkungan hendaklah dilakukan secara terintegrasi.
3.      Penyelenggaraan pendidikan lingkungan hendaklah dilakukan dalam suasana yang menyenangkan atau bermain

C.  Cara Melibatkan Orang tua dalam Proses Kegiatan Belajar di Kelas dan di Luar Kelas
Kehadiran dan keterlibatan orang tua di kelas akan memberikan banyak keuntungan baik bagi pendidik PAUD maupun bagi para orang tua. Sesungguhnya banyak keuntungan yang diperoleh orang tua melalui pelibatan orang tua di lembaga PAUD yaitu mengembangkan rasa memiliki program, dapat mengamati bagaimana anak berhubungan dengan orang lain, memperoleh pemahaman yang memadai tentang perkembangan anak, dapat mengapresiasi tim pendidik, mempelajari kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan di rumah, bertemu teman-teman anak, membangun persahabatan yang abadi dengan orang tua lain, dan dapat mendukung pembelajaran di rumah.
Pendidik memperoleh keuntungan dengan adanya pelibatan orang tua yaitu: memiliki waktu untuk bersama seorang anak yang perlu perhatian atau berkesempatan melayani kelompok yang lebih kecil, mempelajari bagaimana orang tua memotivasi anak­anaknya, melihat bagaimana anggota keluarga menolong anak memecahkan masalah, mempelajari budaya yang berbeda-beda, serta mempelajari keterampilan khusus dan hobi yang sama-sama dimiliki anak dan anggota keluarga. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pelibatan orang tua di kelas adalah: penyambutan keluarga yang datang ke kelas, melakukan kegiatan di dalam kelas, petunjuk untuk melakukan kegiatan, dan memberikan penghargaan kepada orang tua.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai cara melibatkan orang tua dalam kegiatan di luar kelas yang mendukung proses kegiatan anak antara lain melalui karyawisata, membuat perlengkapan atau bahan program kegiatan pengembangan, membantu memperbaiki peralatan atau alat permainan di luar kelas, serta membawakan buku dan mainan untuk anak-anak. Dalam kegiatan karyawisata, orang tua dapat dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, pengadministrasian kegiatan, pelaksanaan, dan pada saat interpretasi pengalaman anak-anak.
Pembuatan perlengkapan atau bahan untuk kegiatan pengembangan anak seperti membuat alat permainan, dapat dijadikan sebagai sarana efektif untuk melibatkan orang tua dalam kegiatan belajar anak usia dini. Para orang tua dapat dilibatkan dalam kegiatan pengembangan anak melalui keterlibatan dalam membantu memperbaiki peralatan atau alat permainan di luar kelas. Membawakan buku-buku untuk dibaca anak dan alat-alat permainan tertentu dapat dijadikan upaya untuk melibatkan orang tua di lembaga PAUD. Buku-buku yang dibawa selanjutnya dapat dikelola di ruang keluarga yang telah disediakan secara khusus untuk para orang tua.


BAB V
KESIMPULAN
A.      Kesimpulan
Di Lembaga kami yaitu ”PAUD BUNDA” sekarang sudah terjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Sesuai dengan pembinaan pengembangan anak usia dini. Pembinaan pengembangan anak dini usia dila kukan melalui pendekatan multidipliner yang mencakup aspek kesehatan dan gizi, pendidikan dan pola pengasuhan anak secara terpaud, mengingat semua aspek telah ada penanggung jawab teknis masing-masing, maka perlu dibentuk pola koordinasi lintas lembaga, dengan tidak menghilangkan fungsi masing-masing serta tidak terjadi tumpang tindih program di lapangan. Pola pembinaan pengembangan anak dini usia
Adapun strategi pembinaan PAUD da:pat dilakukan melalui:


 
















Pelaksanaan manajemen otonomi pembinaan
Perubahan kebijakan manajemen pendidikan yang sedang terjadi dari kebijakan sentralistik ke arah desentralistik, berarti pengambil kebijakan yang dulunya terpusat sekarang beralih pada unit-unit kelembagaan di tingkat Kabupaten/Kota masing-masing. Karena itu manajemen pembinaan PAUD dikelola oleh daerah masing-masing, mengacu pada pola pembinaan PAUD tersebut di atas .
Dengan adanya kerjasama yang dilakukan oleh orang tua, masyarakat dengan Lembaga PAUD kami sangat membantu proses belajar anak dan sangat mengoptimalkan perkembangan anak. Dan kerjasama yang dilakukan sekarang ini membuat PAUD kami menjadi Finalis Lomba Taman Posyandu sekabupaten Bangkalan dan menjadi juara II.

Dokumentasi Kegiatan

Dokumentasi Kegiatan

DAFTAR PUSTAKA
1.      Berk. 1992: 18
2.      Depdiknas: USPN. 2004: 4
3.      http://www:naeya.org
5.      Konsep dasar pendidikan anak usia dini (Dr. Yuliani Nurani Sujiono.MPD)
6.      Program Pelibatan Orang tua dan Masyarakat (Ali Nugraha, Badru Zaman, A. Sy. Dina. Dwiyana)